Menyewa peralatan camping. Dari kiri ke kanan: Aji, Ta’ang, Istiqlal, Farid (foto by Agam)
Kamis, 12 Novermber 2020
Dilema Menaiki Rinjani di Tengah Kesibukan Kuliah
Di tengah kesibukan sebagai mahasiswa tingkat akhir, hati
dan raga saya sempat berdesir. Ada seruan untuk Kembali menelusuri alam, lebih
tepatnya mendaki, mendaki Gunung Rinjani. Mungkin ada kawan yang bertanya
kenapa harus ke gunung. Bukankah aktivitas itu sangat melelahkan, jauh, dan
mahal… kenapa tidak ke pantai atau sekedar bersanda gurau di rumah kawan atau di
café-café? Hmm… jujur jawabanku pasti tidak memuaskan apalagi sampai mengubah
persepsimu tentang gunung. Aku hanya bisa berkata semuanya akan berbeda saat
kau berada di track pendakian, ceritanya tak akan lagi sama ketika kau berada
di atas awan bersama kawan dan saling berjuang. Beda, itu kata kuncinya.
Saya pribadi sebenarnya menyimpan banyak keraguan dan
kekhawatiran. Mulai dari kurangnya persiapan fisik, jiwa rebahan yang
berlebihan, uang yang serba terbatas, serta
izin yang lumayan sulit. Terakhir kali ke Rinjani sekitar 3 tahun yang
lalu. Waktu itu baru melepas status sebagai pelajar SMA dan sedang persiapan
untuk menjadi mahasiswa di Jawa. So, masa tega ninggalin Lombok sebelum sempat menginjakkan
kaki di Puncak Rinjani?
Di perjalanan kali ini, saya bersama dengan 5 orang kawan. Yang
pertama Kak Taang, kakak kelas saya sewaktu SD. Kedua Tara, kawan sejak
Tsanawiyah hingga SMA. Ketiga ada Istiqlal, kawan saat pertama kali ke Rinjani.
Keempat Aji, kawan satu kosan di perantauan, Malang. Dan terakhir ada Kak
Farid, yang baru saya kenali pada pendakian kali ini.
Sebenarnya rencana untuk ke Rinjani ini sudah lama kami canangkan.
Namun, kesibukan masing-masing yang tidak ada habisnya membuat perjalanan kami
batal batal terus. Kami terus berunding, hingga akhirnya terbentuk kesepakatan
untuk ke Rinjani pada hari Jumat, 13 November 2020. Kami sadar, bahwa jika terus
menunggu setiap orang memiliki waktu luang yang Panjang, maka itu tidak akan
pernah berakhir. Jadi keputusan akhirnya adalah mengorbankan waktu sibuk
masing-masing. Ada yang mengorbankan tugas kuliah, ada yang membolos di
pekerjaan, ada pula yang mengorbankan rebahannya, hehe.
Niat yang Sama di Waktu yang Berbeda
Perjalanan yang sesuai rencana tidaklah seru. Pada Kamis sore
seharusnya kami ber-enam sudah siap segala peralatan dan logistic pendakian,
kemudain berangkat ke Desa Sembalun. Buat yang belum tahu, Desa Sembalun adalah
desa yang terletak di kaki Rinjani. Dari pusat Kota Selong (daerah tempat kami)
jaraknya sekitar satu jam perjalanan. Ternyata oh ternyata, banyak yang masih
kekurangan alat. Istiqlal yang melihat kekacauan ini terlihat murung dan
kecewa. Sementara aku dan teman-teman lainnya cenderung santai dan biasa saja,
kebiasaan ngaret mungkin hahah. Kami menyewa alat di Gawah Camp, jaraknya cuma beberapa
ratus meter dari rumah saya.
Seberes memenuhi segala keperluan, kami semua berkumpul di
rumah Aji untuk packing final. Rencananya akan menerobos ke Sembalun mala mini juga.
Buat yang belum tahu lagi, jalur menuju Sembalun itu masih sangat minim penerangan.
Bahkan bisa dibilang tidak ada lampu sama sekali karena hanya ada satu jalan
raya yang membelah hutan, Selain itu jalannya menanjak sangat curam. Intinya
perjalanan malam cukup mengerikan.
Kenapa tidak berangkat besok pagi saja? Alasannya pertama,
karena SULIT BANGUN PAGI. Alasan kedua karena ada seorang temana di Sembalun
yang sudah menunggu kami sejak sore hari. Dia sudah menyiapkan penginapan dan logistic.
Masa iya harus ditolak dan dibatalkan, kan sungkan. Alhasil demi menjaga
pertemenan beberapa di antara kami harus gas malam ini juga. Kenapa beberapa? Karena
memang cuman beberapa yang siap nanjak. Saya bukan salah satu darinya. Eh riwet
kah penjelasannya? Maaf maaf hehehe…
Intinya, saya dan Tara tidak bisa berangkat malam ini
lantaran masih ada urusan yang harus diselesaikan. Kami berdua akan menyusul di
keesokan paginya. Semoga saja. Mendengar kabar kalau mereka sudah sampai di
Sembalun sudah Alhamdulillah. Kini saatnya bagi saya untuk beristirahat dan
menikmati kenyamanan kasur untuk terakhir kalinya dalam empat sampai lima hari
ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar